Persiapan
Memasuki dunia
baru bagi pasangan baru, atau lebih dikenal dengan pengantin baru memang
merupakan suatu yang membahagiakan. Tetapi bukan berarti tanpa kesulitan. Dari
pertama kali melangkah ke pelaminan, semuanya sudah akan terasa lain. Lepas
dari ketergantungan terhadap orang tua, teman, saudara, untuk kemudian mencoba
hidup bersama orang - yang mungkin - belum pernah kenal sebelumnya. Semua ini
memerlukan persiapan khusus (walaupun sebelumnya sudah kenal), agar tidak
terjebak dalam sebuah dilema rumah tangga yang dapat mendatangkan penyesalan di
kemudian hari. Diantara persiapan yang harus dilakukan oleh pasangan baru yang
akan mengarungi bahtera rumah tangga:
Persiapan Keilmuan. Perkawinan tidak lepas
dari ilmu, barangsiapa mengetahui ilmunya, maka ia dapatkan hikmah dan fungsi
di kemudian hari. Hidup di bawah naungan pernikahan amatlah sederhana (tetapi
bukan berarti gampang), sesederhana hidup membujang. Ketika seseorang merasa
berat dengan hidup membujang begitupun dengan pernikahan, bukan saja sebagai
halangan, bahkan menjadi beban dalam hidupnya. Dianatara bentuk keilmuan yang
harus dilalui oleh pasangan; membaca buku-buku tentang perkawinan, rajin
mengikuti seminar atau workshop perkawinan, dan bertanya kepada pasangan yang
mampu berbagi pengalaman kehidupannya.
Persiapan Mental. Perpindahan dari
dunia remaja memasuki fase dewasa - di bawah naungan perkawinan - akan sangat
berpengaruh terhadap psikologis, sehingga diperlukan persiapan mental dalam
menyandang jabatan baru, sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga.
Kalaupun sekarang anda telah terlanjur menyandang predikat tersebut sebelum
anda sempat berpikir sebelumnya, Anda belum terlambat. Anda bisa memulainya
dari sekarang, menyiapkan mental anda lewat buku-buku bacaan tentang cara-cara
berumah tangga, atau Anda dapat belajar dari orang-orang terdekat, yang dapat
memberikan nasehat bagi rumah tangga anda
Mengenali
Pasangan. Kalau dulu orang dekat anda adalah ibu, teman, atau saudara Anda yang
telah Anda kenal sejak kecil, tetapi sekarang orang yang nomor satu bagi Anda
adalah pasangan Anda. Walaupun pasangan Anda adalah orang yang telah Anda kenal
sebelumnya, tetapi hal ini belumlah menjamin bahwa Anda telah benar-benar
mengenal kepribadiannya. Keadaannya lain. Masa sebelumnya dengan lingkungan
rumah tangga jauh berbeda. Apalagi jika pasangan Anda adalah orang yang belum
pernah Anda kenal sebelumnya. Disini perlu adanya penyesuaian-penyesuaian. Anda
harus mengenal lebih jauh pasangan Anda, segala kekurangan dan kelebihannya,
untuk kemudian Anda pahami bagaimana sebaiknya Anda bersikap, tanpa harus
mempersoalkan semuanya. Karena sesungguhnya bersama pasangan, Anda hidup dalam
rumah tangga untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga
tercipta keharmonisan.
Menyusun Agenda Kegiatan. Kesibukan Anda sebagai ibu rumah
tangga atau kepala rumah tangga tentunya akan lebih banyak menyita waktu di
banding ketika Anda masih sendiri. Hari-hari kemarin bisa saja Anda sempat
mengikuti segala macam kegiatan yang Anda sukai kapan saja anda mau.
Persoalannya sekarang adalah Anda tidak sendiri, kehadiran pasangan Anda
disamping Anda tidak boleh Anda abaikan. Tetapi Anda tak perlu menarik diri
dari aktifitas atau kegiatan yang Anda butuhkan. Anda dapat membuat agenda
untuk efektifitas kerja, pilah dan pilih kegiatan apa yang sekiranya dapat Anda
ikuti sesuai dengan waktu yang Anda miliki dengan tanpa mengganggu tugas
sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga.
Mempelajari Kesenangan Pasangan. Perhatian-perhatian kecil akan mempunyai nilai tersendiri bagi pasangan
Anda, apalagi di awal perkawinan. Anda dapat melakukannya dengan mempelajari
kesenangan pasangan Anda, mulai dari selera makan, kebiasaan, hobi dan lainnya.
Tidak menjadi masalah jika ternyata apa yang disenanginya tidak Anda senangi.
Adaptasi Lingkungan. Lingkungan keluarga, famili dan masyarakat baru sudah
pasti akan Anda hadapi. Anda harus bisa membawa diri untuk masuk dalam
kebiasaan-kebiasaan (adat) yang ada di dalamnya. Kalau Anda siap menerima
kehadiran pasangan, berarti pula Anda harus siap menerimanya bersama keluarga
dan masyarakat di sekitarnya. Awalnya mungkin akan terarasa asing, kaku, tapi
semuanya akan terbiasa jika anda mau membuka diri untuk bergaul dengan mereka,
mengikuti adat yang ada, walaupun anda kurang menyukainya. Sehingga akan terjalin
keakraban antara anda dengan keluarga, famili dan lingkungan masyarakat yang
baru. Karena hakekat pernikahan bukan perkawinan antara anda dan pasangan anda,
tetapi, lebih luas lagi antara keluarga anda dan keluarga pasangan anda, antara
desa anda dengan desa pasangan anda, antara bahasa anda dengan bahasa pasangan
anda, antara kebiasaan (adat) anda dengan kebiasaan pasangan anda. Dst.
Menanamkan rasa saling percaya. Tidak salah
jika suatu saat anda merasa curiga dan cemburu. Tetapi harus anda ingat, faktor
apa yang membuat anda cemburu dan seberapa besar porsinya. Tidak lucu jika anda
melakukannya hanya dengan berdasar perasaan. Hal itu boleh saja untuk sekedar
mengungkapkan rasa cinta, tetapi tidak baik juga kalau terlalu berlebihan.
Sebaiknya anda menanamkan sikap saling percaya, sehingga anda akan merasa
tenang, tidak diperbudak oleh perasaan sendiri. Yakinkan, bahwa pasangan anda
adalah orang terbaik yang anda kenal, yang sangat anda cintai dan buktikan juga
bahwa anda sangat membutuhkan kehadirannya, kemudian bersikaplah secara
terbuka.
Musyawarah. Persoalan-persoalan yang timbul
dalam rumah tangga harus dihadapi secara dewasa. Upayakan dalam memecahkan
persoalan anda mengajak pasangan anda untuk bermusyawarah. Demikian juga dalam
mengatur perencanaan-perencanaan dalam rumah tangga, sekecil apapun masalah
yang anda hadapi, semudah apapun rencana yang anda susun. Anda bisa memilih
waktu-waktu yang tepat untuk saling tukar pikiran, bisa di saat santai, nonton
atau dimana saja sekiranya pasangan anda sedang dalam keadaan bugar.
Menciptakan
suasana Islami. Suasana Islami ini bisa anda bentuk melalui penataan ruang,
gerak, tingkah laku keseharian anda dan lain-lain. Sholat berjama'ah bersama
pasangan anda, ngaji bersama (tidak perlu setiap waktu, cukup habis maghrib
atau shubuh), mendatangi majlis ta'lim bersama dan membuat kegiatan yang Islami
dalam rumah tangga anda.
Kiat-kiat Berumah tangga Bahagia
Perkawinan
merupakan wujud menyatunya dua hamba Allah ke dalam satu tujuan yang sama. Dan
salah satu tujuan perkawinan adalah mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama
pasangan hidup. Namun, jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus. Banyak
hambatan, tantangan, dan persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya
rumah-tangga. Buktinya, perceraian kini sudah menjadi persoalan biasa, bukan
lagi soal tabu bagi sebagian masyarakat. Nah, bagaimana kita mengantisipasi
supaya mahligai rumah-tangga kita tidak goyang? Inilah 10 tips menuju perkawinan yang bahagia.
Cinta (Mahabbah) Cinta merupakan energi
yang dahsyat untuk mengembangkan dan menyempurnakan kepribadian Anda. Cinta
akan membantu membuang semua rintangan yang muncul di tengah perjalanan rumah
tangga. Perkawinan yang dibangun tanpa landasan cinta sebetulnya adalah
omong-kosong belaka. Perkawinan tanpa cinta sama saja membangun rumah tanpa
tiang. Rapuh dan lama-lama akan hancur dan roboh. Meski bukan satu-satunya
syarat, cinta sangat berperan dalam membangun perkawinan yang langgeng. Maka,
cinta dalam perkawinan adalah sesuatu yang mutlak dan harus.
Seiman(Ukhuwwah) Cinta saja tentu belum
cukup untuk menciptakan perkawinan yang bahagia. Prinsip memilih
pasangan/pendamping yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai
kebahagiaan rumah tangga. Jangan anggap enteng soal yang satu ini.
Saling percaya (Amaanah) Tanpa rasa saling
percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan tentu tak akan berjalan mulus.
Bagaimana bisa mulus jika suami atau istri selalu mengawasi gerak-gerik kita
karena ketidakpercayaannya itu? Yang muncul adalah kegelisahan, kecurigaan,
kekhawatiran, tak pernah merasa tenteram, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, Anda
berdua justru saling menyalahkan dan menuduh. Rasa saling percaya akan mengantarkan
Anda pada perasaan aman dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan
yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan sebaliknya,
suami juga tak perlu mencurigai istri. Membangun rasa saling percaya juga
merupakan perwujudan cinta yang dewasa.
Seks (Hubb). Ya, seks memang perlu. Dan meski
aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia
perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan
hidupnya. Kegiatan seks mestinya adalah penyerahan total, saling menyerahkan
diri kepada suami atau istrinya sehingga hubungan terpupuk semakin dalam.
Kegiatan seks yang timpang akan menjadi masalah serius bagi suami- istri.
Uring-uringan, cekcok, dan gelisah, merupakan akibat yang biasanya muncul jika
soal yang satu ini muncul. Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya
keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing.
Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari
adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan
memberikan dampak positif bagi Anda berdua. Bukankah seks yang menyenangkan
akan berakibat turunnya karunia dari Allah?
Ekonomi (Maaliyah) Hampir sebagian besar
waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri muda perkotaan,
adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi
tak bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya rumah
tangga tak didukung oleh topangan ekonomi yang memadai. Bisa jadi timbul
percekcokan. Banyak kita dengar, pasangan suami-istri yang akhirnya bercerai
gara-gara persoalan ekonomi. Rumah tangga berantakan, hidup susah, suami-istri
selalu bertengkar, dan sebagainya. Bisa dibilang, salah satu tolok ukur
keberhasilan keluarga adalah baik secara ekonomi, meski faktor satu ini bukan
merupakan satu-satunya ukuran. Mengatur ekonomi secara benar juga akan
memberikan perasaan aman dan bahagia.
Kehadiran anak (Dzurriyyah) Anak adalah karunia
Allah yang tak terkirakan nilainya. Perkawinan tanpa kehadiran anak seringkali
memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga atau pasangan suami-istri yang
sulit mendapatkan anak dan 'mati-matian' berupaya dan berikhtiar agar mempunyai
keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki keterikatan
dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama. Jadi,
kehadiran anak secara tidak langsung akan semakin mendekatkan pasangan
suami-istri.
Hindari pihak "ketiga" (I'timaad 'ala nafs) Kehidupan perkawinan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak
dicampuri secara langsung oleh pihak lain, yang biasanya disebut pihak ketiga.
Kehadiran pihak ketiga yang ikut campur tangan atau memberi pengaruh negatif
dan masuk ke wilayah otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah
tangga tersebut. Banyak contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga.
Entah karena masih satu rumah dengan mertua, saudara ipar, tetangga, dan
sebagainya. Jadi, bila Anda menginginkan kehidupan rumah tangga Anda langgeng bahagia,
sebisa-bisanya hindari campur tangan negatif pihak ketiga. Bila sebaliknya,
justru sangat diperlukan.
Menjaga romantisme (Muhaafadhah) Terkadang,
pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak
lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam
bersama, bahkan perhatian pun seperti barang mahal. Padahal, menjaga romantisme
dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun. Sekedar memberikan
bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan
menyusuri tempat-tempat romantis akan selalu memercikkan rasa cinta kepada
pasangan hidup Anda. Tentu, ujung-ujungnya pasangan suami-istri akan merasa
semakin erat dan saling membutuhkan.
Komunikasi (Muhaadatsah) Komunikasi juga
merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya
komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga. Bagaimana mungkin
hubungan suami-isteri akan mulus jika menyapa pun enggan dilakukan. Jika rumah
tangga adalah sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak
mungkin rasanya rumah tangga berjalan.
Banyak terjadi,
suami atau istri apatis terhadap pasangannya karena terlalu sibuk bekerja.
Suami-istri bekerja, sementara anak sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga
rumah hanya seperti tempat kos, masing-masing pribadi tidak saling tegur sapa.
Ini sama halnya menaruh bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Bisa-bisa,
di antara Anda kemudian mencari pelampiasan dengan mencari teman di luar untuk
curhat dan tak betah lagi tinggal di rumah. Jadi, cobalah untuk selalu menjaga
komunikasi suami dan isteri. Luangkan waktu untuk duduk atau ngobrol bersama,
sekalipun hanya 5 menit setiap hari. Teleponlah atau kirimkan email pada
saat Anda berdua berada di kantor Anda masing-masing. Atau makan siang bersama.
Intinya, ciptakan komunikasi, sehingga masing-masing pribadi merasa dibutuhkan.
Saling memuji dan memperhatikan (Mulaathofah)
Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagipasangan
suami-isteri. Ucapan bernada pujian akan semakin memperkuat ikatan suami-istri.
Tanpa pujian atau perhatian, bisa-bisa yang ada hanya saling mencela dan
merendahkan. Memberikan pujian ringan seperti "Masakan Mama hari ini luar
biasa, lho!" atau "Wah, Papa tambah keren pakai dasi itu."
Ucapan-ucapan sepele seperti itu akan memberikan dorongan/semangat yang luar
biasa. Pasangan Anda pun akan merasa dihargai. Memuji tak butuh biaya atau
ongkos mahal, kok. Yang dibutuhkan adalah ketulusan dan rasa cinta pada suami.
Posting Komentar